28 Des 2012

Apa yang Mereka Kenakan? (Fashion #1)

Setiap membaca sebuah cerita, saya akan berusaha membayangkan tempat dan keadaan di mana cerita itu terjadi. Saat membayangkan orang-orangnya, saya akan berusaha mencocokkannya dengan deskripsi yang ada di buku. Salah satu detail yang penting namun tidak mudah dibayangkan adalah cara mereka berpakaian. Pakaian, kan, selalu berubah seiring waktu. Pakaian bisa menceritakan sesuatu mengenai pemakainya jika dikaitkan dengan waktu dan tempat. Misalnya saja, ada seorang yang mengenakan jas dan dasi di hutan belantara, pasti kesannya berbeda dengan orang yang mengenakan baju safari. Orang yang mengenakan baju zirah di tahun 2013? Bisa kita tebak dia adalah a) peserta pesta kostum, atau b) seorang ksatria abad pertengahan yang tidak sengaja ikut terbawa mesin waktu.

Mengapa saya bilang tidak mudah untuk membayangkannya? Karena kita (terlebih lagi saya sendiri) belum tentu punya pengetahuan mengenai pakaian yang sering dipakai pada masa dan tempat tertentu. Kita (saya) mungkin mengingat era disko di tahun 70-an dengan baju yang berwarna menyolok dan celana lebar, tapi bagaimana dengan tahun 40-an? Yang saya tahu zaman itu eyang saya memakai batik, tapi entah apa yang dipakai para wanita di Eropa dan Amerika. Dengan niat untuk mengurangi sedikit kebingungan itulah saya membuat post ini, semoga bermanfaat untuk mendalami novel-novel yang ditulis atau bersetting di era tertentu.

Novel-novel Agatha Christie yang sangat banyak jumlahnya itu ditulis dalam periode lima dekade (1923-1977), jadi, post ini akan terbagi menjadi beberapa bagian.

Periode 1920-an

{The Man in the Brown Suit (1924), The Murder of Roger Ackroyd (1926), The Big Four (1927), The Mystery of the Blue Train (1928)}

sumber: retronaut.com
Dekade 20-an dipengaruhi dengan optimisme setelah perang dunia pertama berakhir. Para perempuan menjadi lebih terbuka dan bebas dalam beraktivitas*. Gaya tomboi dan simple yang bertentangan dengan tradisi yang mengikat menjadi tren. Gaun yang dikenakan berpotongan lurus dan longgar dengan aksen jumbai dan payet. Gaun ini biasa dikenal sebagai flapper dress. Panjang roknya bervariasi, dari sepanjang betis sampai sepanjang lutut pada sekitar tahun 1926-1928. Penanda lain dari fashion zaman ini adalah garis pinggang yang letaknya di pinggul sehingga bentuk tubuh tidak terlihat.

Selain gaun, para wanita mulai mengenakan pakaian yang lebih kasual dan maskulin. Coco Chanel adalah trensetter zaman itu. Aksesoris yang umum adalah topi cloche yang berbentuk pas kepala dan menutupi dahi. Potongan rambut pendek melengkapi gaya ini.

ilustrasi majalah La Femme Chic, Juli 1927
Gaya kasual juga terlihat pada pakaian pria. Warnanya menjadi lebih berani. Mereka memakai jaket pendek dan meninggalkan setelan formal hanya untuk acara khusus saja. Sport clothes mereka berupa sweater dan celana pendek yang disebut knickers. Bahan yang berat seperti tweed dan flannel banyak digunakan. Untuk suit, contoh yang mudah dibayangkan adalah.... Gangster X) Benar, lihat saja setelan jas pas tubuh, celana ber-suspender ditambah topi (biasanya fedora) sebagai pelengkap. 
Para pria dalam drama Broadwalk Empire yang bersetting di tahun 20-an
Tuxedo yang lengkap dengan aksesorisnya akan dipakai untuk acara malam hari.
untuk contoh tux..    cuma untuk contoh saja...

Topi bulat atau bowler seperti yang dipakai Poirot juga tren di zaman ini.

sumber: hatsinthebelfry.com

(Bersambung: Periode tahun 1930an)

__________________________________________________
*) Tahun 1929 adalah pertama kalinya wanita di bawah usia 30 tahun boleh mengikuti pemilihan umum di Inggris

Sumber:
- http://en.wikipedia.org/

- http://www.thepeoplehistory.com

2 komentar

  1. Nice. Kalau mau dihubungkan dengan cerita, coba ceki2 Misteri 7 Lonceng (?), disitu diceritakan ribetnya Bundle menyusup dengan memakai celana berkuda. Jaman sekarang sih tinggal pakai jeans.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, zaman itu belum ada jeans dan masih ketat banget peraturan berpakaiannya XD

      Hapus

© Sel-Sel Kelabu
Maira Gall